Minggu, 11 Maret 2012

Sunda

Berikut adalah sekilas tentang sejarah sunda

Sejarah Sunda

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pada tahun 1998, suku Sunda berjumlah kurang lebih 33 juta jiwa, kebanyakan dari mereka hidup di Jawa Barat dan sekitar 1 juta jiwa hidup di provinsi lain. Dari antara mereka, penduduk kota mencapai 34,51%, suatu jumlah yang cukup berarti yang dapat dijangkau dengan berbagai media. Kendatipun demikian, suku Sunda adalah salah satu kelompok orang yang paling kurang dikenal di dunia. Nama mereka sering dianggap sebagai orang Sudan di Afrika dan salah dieja dalam ensiklopedia. Beberapa koreksi ejaan dalam komputer juga mengubahnya menjadi Sudanese (dalam bahasa Inggris).
Pada abad ke-20, sejarah mereka telah terjalin melalui bangkitnya nasionalisme Indonesia yang akhirnya menjadi Indonesia modern.
Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.
Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan- kerajaan besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.

Daftar isi



Pengaruh Hinduisme

Tidak seorang pun yang tahu kapan persisnya pola-pola Hindu mulai berkembang di Indonesia, dan siapa yang membawanya. Diakui bahwa pola-pola Hindu tersebut berasal dari India; mungkin dari pantai selatan. Tetapi karakter Hindu yang ada di Jawa menimbulkan lebih banyak pertanyaan dari pada jawabannya. Misalnya, pusat-pusat Hindu yang utama bukan di kota-kota dagang di daerah pesisir, tetapi lebih di pedalaman. Tampaknya jelas bahwa ide-ide keagamaanlah yang telah menaklukkan pemikiran orang setempat, bukan tentara. Sebuah teori yang berpandangan bahwa kekuatan para penguasa Hindu/India telah menarik orang-orang Indonesia kepada kepercayaan-kepercayaan roh-magis agama Hindu. Entah bagaimana, banyak aspek dari sistem kepercayaan Hindu diserap ke dalam pemikiran orang Sunda dan juga Jawa.
Karya sastra Sunda yang tertua yang terkenal adalah Caritha Parahyangan. Karya ini ditulis sekitar tahun 1000 dan mengagungkan raja Jawa Sanjaya sebagai prajurit besar. Sanjaya adalah pengikut Shiwaisme sehingga kita tahu bahwa iman Hindu telah berurat akar dengan kuat sebelum tahun 700. Sangat mengherankan kira-kira pada waktu ini, agama India kedua, Buddhisme, membuat penampilan pemunculan dalam waktu yang singkat. Tidak lama setelah candi-candi Shiwa dibangun di dataran tinggi Dieng di Jawa Tengah, monumen Borobudur yang indah sekali dibangun dekat Yogyakarta ke arah selatan. Diperkirakan agama Buddha adalah agama resmi Kerajaan Syailendra di Jawa Tengah pada tahun 778 sampai tahun 870. Hinduisme tidak pernah digoyahkan oleh bagian daerah lain di pulau Jawa dan tetap kuat hingga abad 14. Struktur kelas yang kaku berkembang di dalam masyarakat. Pengaruh bahasa Sanskerta menyebar luas ke dalam bahasa masyarakat di pulau Jawa. Gagasan tentang ketuhanan dan kedudukan sebagai raja dikaburkan sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.
Di antara orang Sunda dan juga orang Jawa, Hinduisme bercampur dengan penyembahan nenek moyang kuno. Kebiasaan perayaan hari-hari ritual setelah kematian salah seorang anggota keluarga masih berlangsung hingga kini. Pandangan Hindu tentang kehidupan dan kematian mempertinggi nilai ritual-ritual seperti ini. Dengan variasi-variasi yang tidak terbatas pada tema mengenai tubuh spiritual yang hadir bersama-sama dengan tubuh natural, orang Indonesia telah menggabungkan filsafat Hindu ke dalam kondisi-kondisi mereka sendiri. J. C. van Leur berteori bahwa Hinduisme membantu mengeraskan bentuk-bentuk kultural suku Sunda. Khususnya kepercayaan magis dan roh memiliki nilai absolut dalam kehidupan orang Sunda. Salah seorang pakar adat istiadat Sunda, Prawirasuganda, menyebukan bahwa angka tabu yang berhubungan dengan seluruh aspek penting dalam lingkaran kehidupan perayaan-perayaan suku Sunda sama dengan yang ada dalam kehidupan suku Badui.

Pengaruh orang Jawa

Menurut sejarawan Bernard Vlekke, Jawa Barat merupakan daerah yang terbelakang di pulau Jawa hingga abad ke-11. Kerajaan-kerajaan besar bangkit di Jawa Tengah dan Jawa Timur namun hanya sedikit yang berubah di antara suku Sunda. Walaupun terbatas, pengaruh Hindu di antara orang-orang Sunda tidak sekuat pengaruhnya seperti di antara orang-orang Jawa. Kendatipun demikian, sebagaimana tidak berartinya Jawa Barat, orang Sunda memiliki raja pada zaman Airlangga di Jawa Timur, kira-kira tahun 1020. Tetapi raja-raja Sunda semakin berada di bawah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa yang besar. Kertanegara (1268-92) adalah raja Jawa pada akhir periode Hindu di Indonesia. Setelah pemerintahan Kertanegara, raja-raja Majapahit memerintah hingga tahun 1478, tetapi mereka tidak penting lagi setelah tahun 1389. Namun, pengaruh Jawa ini berlangsung terus dan memperdalam pengaruh Hinduisme terhadap orang Sunda.

Pajajaran dekat Bogor

Pada tahun 1333, hadir kerajaan Pajajaran di dekat kota Bogor sekarang. Kerajaan ini dikalahkan oleh kerajaan Majapahit di bawah pimpinan perdana menterinya yang terkenal, Gadjah Mada. Menurut cerita romantik Kidung Sunda, putri Sunda hendak dinikahkan dengan Hayam Wuruk, raja Majapahit, namun Gajah Mada menentang pernikahan ini dan setelah orang-orang Sunda berkumpul untuk acara pernikahan, ia mengubah persyaratan. Ketika raja dan para bangsawan Sunda mendengar bahwa sang putri hanya akan menjadi selir dan tidak akan ada pernikahan seperti yang telah dijanjikan, mereka berperang melawan banyak rintangan tersebut hingga semuanya mati. Meski permusuhan antara Sunda dan Jawa berlangsung selama bertahun-tahun setelah episode ini, tetapi pengaruh yang diberikan oleh orang Jawa tidak pernah berkurang terhadap orang Sunda.
Hingga saat ini, Kerajaan Pajajaran dianggap sebagai kerajaan Sunda tertua. Sungguhpun kerajaan ini hanya berlangsung selama tahun 1482-1579, banyak kegiatan dari para bangsawannya dikemas dalam legenda. Siliwangi, raja Hindu Pajajaran, digulingkan oleh komplotan antara kelompok Muslim Banten, Cirebon, dan Demak dalam persekongkolan dengan keponakannya sendiri. Dengan jatuhnya Siliwangi, Islam mengambil alih kendali atas sebagian besar wilayah Jawa Barat. Faktor kunci keberhasilan Islam adalah kemajuan kerajaan Demak dari Jawa Timur ke Jawa Barat sebelum tahun 1540. Dari sebelah timur menuju ke barat, Islam menembus hingga ke Priangan (dataran tinggi bagian tengah) dan mencapai seluruh Sunda.

Kemajuan Islam

Orang Muslim telah ada di Nusantara pada awal tahun 1100 namun sebelum Malaka yang berada di selat Malaya menjadi kubu pertahanan Muslim pada tahun 1414, pertumbuhan agama Islam pada masa itu hanya sedikit. Aceh di Sumatera Utara mulai mengembangkan pengaruh Islamnya kira-kira pada 1416. Sarjana-sarjana Muslim menahun tanggal kedatangan Islam ke Indonesia hingga hampir ke zaman Muhammad. Namun beberapa peristiwa yang mereka catat mungkin tidak penting.
Kedatangan Islam yang sebenarnya tampaknya terjadi ketika misionaris Arab dan Persia masuk ke pulau Jawa pada awal tahun 1400 dan lambat laun memenangkan para mualaf di antara golongan yang berkuasa.

Kejatuhan Majapahit

Sebelum 1450, Islam telah memperoleh tempat berpijak di istana Majapahit di Jawa Timur. Van Leur memperkirakan hal ini ditolong oleh adanya disintegrasi budaya Brahma di India. Surabaya (Ampel) menjadi pusat belajar Islam dan dari sana para pengusaha Arab yang terkenal meluaskan kekuasaan mereka. Jatuhnya kerajaan Jawa, yaitu kerajaan Majapahit pada tahun 1468 dikaitkan dengan intrik dalam keluarga raja karena fakta bahwa putra raja, Raden Patah masuk Islam. Baik di Jawa Timur maupun Jawa Barat, pemberontakan dalam keluarga-keluarga raja digerakkan oleh tekanan militer Islam. Ketika para bangsawan berganti keyakinan, maka rakyat akan ikut. Meskipun demikian, Vlekke menunjukkan bahwa perang-pra keagamaan jarang terjadi di sepanjang sejarah Jawa.

Kerajaan Demak

Raden Patah menetap di Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa. Ia mencapai puncak kekuasaannya menjelang 1540 dan pada waktunya menaklukkan suku-suku hingga ke Jawa Barat. Bernard Vlekke mengatakan bahwa Demak mengembangkan wilayahnya hingga Jawa Barat karena politik Jawa tidak begitu berkepentingan dengan Islam. Pada waktu itu, Sunan Gunung Jati, seorang pangeran Jawa, mengirim putranya Hasanuddin dari Cirebon, untuk mempertobatkan orang-orang Sunda secara ekstensif. Pada 1526, baik Banten maupun Sunda Kelapa berada di bawah kontrol Sunan Gunung Jati yang menjadi sultan Banten pertama. Penjajaran Cirebon dengan Demak ini telah menyebabkan Jawa Barat berada di bawah kekuasaan Islam. Pada kuartal kedua abad ke-16, seluruh pantai utara Jawa Barat berada di bawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam dan penduduknya telah menjadi Muslim. Karena menurut data statistik penduduk tahun 1780 terdapat kira-kira 260.000 jiwa di Jawa Barat, dapat kita asumsikan bahwa pada abad ke-16 jumlah penduduk jauh lebih sedikit. Ini memperlihatkan bahwa Islam masuk ketika orang-orang Sunda masih merupakan suku kecil yang berlokasi terutama di pantai-pantai dan di lembah-lembah sungai seperti Ciliwung, Citarum, dan Cisadane.

Natur Islam

Ketika Islam masuk ke Sunda, memang ditekankan lima pilar utama agama, namun dalam banyak bidang yang lain dalam pemikiran keagamaan, sinkretisme berkembang dengan cara pandang orang Sunda mula-mula. Sejarawan Indonesia Soeroto yakin bahwa Islam dipersiapkan untuk hal ini di India. "Islam yang pertama-tama datang ke Indonesia mengandung banyak unsur filsafat Iran dan India. Namun justru komponen-komponen merekalah yang mempermudah jalan bagi Islam di sini." Para sarjana yakin bahwa Islam menerima kalau adat-istiadat yang menguntungkan masyarakat harus dipertahankan. Dengan demikian Islam bercampur banyak dengan Hindu dan adat istiadat asli masyarakat. Perkawinan beberapa agama ini biasa disebut "agama Jawa". Akibat percampuran Islam dengan sistem kepercayaan majemuk, yang sering disebut aliran kebatinan, memberi deskripsi akurat terhadap kekompleksan agama di antara suku Sunda saat ini.

Kolonialisme Belanda

Sebelum kedatangan Belanda di Indonesia pada 1596, Islam telah menjadi pengaruh yang dominan di antara kaum ningrat dan pemimpin masyarakat Sunda dan Jawa. Secara sederhana, Belanda berperang dengan pusat-pusat kekuatan Islam untuk mengontrol perdagangan pulau dan hal ini menciptakan permusuhan yang memperpanjang konflik Perang Salib masuk ke arena Indonesia. Pada 1641, mereka mengambil alih Malaka dari Portugis dan memegang kontrol atas jalur-jalur laut. Tekanan Belanda terhadap kerajaan Mataram sangat kuat hingga mereka mampu merebut hak-hak ekonomi khusus di daerah pegunungan (Priangan) Jawa Barat. Sebelum 1652, daerah-daerah besar Jawa Barat merupakan persediaan mereka. Ini mengawali 300 tahun eksploitasi Belanda di Jawa Barat yang hanya berakhir pada saat Perang Dunia II.
Peristiwa-peristiwa pada abad ke-18 menghadirkan serangkaian kesalahan Belanda dalam bidang sosial, politik, dan keagamaan. Seluruh dataran rendah Jawa Barat menderita di bawah persyaratan-persyaratan yang bersifat opresif yang dipaksakan oleh para penguasa lokal. Contohnya adalah daerah Banten. Pada tahun 1750, rakyat mengadakan revolusi menentang kesultanan yang dikendalikan oleh seorang wanita Arab, Ratu Sjarifa. Menurut Ayip Rosidi, Ratu Sjarifa adalah kaki tangan Belanda. Namun, Vlekke berpendapat bahwa "Kiai Tapa", sang pemimpin, adalah seorang Hindu, dan bahwa pemberontakan itu lebih diarahkan kepada pemipin-pemimpin Islam daripada kolonialis Belanda. (Sulit untuk melakukan rekonstruksi sejarah dari beberapa sumber karena masing-masing golongan memiliki kepentingan sendiri yang mewarnai cara pencatatan kejadian.)

Agama bukanlah isu hingga tahun 1815

Selama 200 tahun pertama Belanda memerintah di Indonesia, sedikit masalah yang dikaitkan dengan agama. hal ini terjadi karena secara praktis Belanda tidak melakukan apa-apa untuk membawa kekristenan, yakni agama yang dianut bangsa Belanda, kepada penduduk Indonesia. Hingga tahun 1800, ada "gereja kompeni" yakni "gereja" yang hanya namanya saja karena hanya berfungsi melayani kebutuhan para pekerja Belanda di Perusahaan Hindia Timur (VOC). Badan ini mengatur seluruh kegiatan Belanda di kepulauan Indonesia. Hingga abad ke-19 tidak ada kota bagi anak-anak Indonesia sehingga rakyat tidak mempunyai cara untuk mengetahui kekristenan.
Pada pergantian abad ke-19, VOC gulung tikar dan Napoleon menduduki Belanda. Pada 1811, Inggris menjadi pengurus Hindia Timur Belanda. Salah satu inisiatif mereka adalah membuka negeri ini terhadap kegiatan misionaris. Walaupun demikian, hanya sedikit yang dilakukan di Jawa hingga pertengahan abad tersebut. Kendati demikian, beberapa fondasi telah diletakkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi model bagi pekerjaan di antara orang Sunda.

Sistem budaya

Kesalahan politik yang paling terkenal yang dilakukan Belanda dimulai pada tahun 1830. Kesalahan politik ini disebut sebagai Sistem Budaya (Cultuurstelsel), namun sebenarnya lebih tepat jika disebut sistem perbudakan. Sistem ini mengintensifkan usaha-usaha pemerintah untuk menguras hasil bumi yang lebih banyak yang dihasilkan dari tanah ini. Sistem budaya ini memeras seperlima hasil tanah petani sebagai pengganti pajak. Dengan mengadakan hasil panen yang baru seperti gula, kopi, dan teh, maka lebih besar lagi tanah pertanian yang diolahnya. Pengaruh ekonomi ke pedesaan bersifat dramatis dan percabangan sosialnya penting. Melewati pertengahan abad, investasi swasta di tanah Jawa Barat mulai tumbuh dan mulai bermunculan perkebunan-perkebunan. Tanah diambil dari tangan petani dan diberikan kepada para tuan tanah besar. Menjelang 1870, hukum agraria dipandang perlu untuk melindungi hak-hak rakyat atas tanah.

Pertumbuhan populasi di Jawa

Pada tahun 1851 di Jawa Barat, suku Sunda berjumlah 786.000 jiwa. Dalam jangka waktu 30 tahun jumlah penduduk menjadi dua kali lipat. Priangan menjadi titik pusat perdagangan barang yang disertai arus penguasa dari Barat serta imigran-imigran Asia (kebanyakan orang Tionghoa). Pada awal abad ke-19 diperkirakan bahwa sepertujuh atau seperdelapan pulau Jawa merupakan hutan dan tanah kosong. Pada tahun 1815 seluruh Jawa dan Madura hanya memiliki 5 juta penduduk. Angka tersebut bertambah menjadi 28 juta menjelang akhir abad tersebut dan mencapai 108 juta pada tahun 1990. Pertumbuhan populasi di antara orang Sunda mungkin merupakan faktor non-religius yang paling penting di dalam sejarah suku Sunda.

Konsolidasi pengaruh Islam

Karena lebih banyak tanah yang dibuka dan perkampungan-perkampungan baru bermunculan, Islam mengirim guru-guru untuk tinggal bersama-sama dengan masyarakat sehingga pengaruh Islam bertambah di setiap habitat orang Sunda. Guru-guru Islam bersaing dengan Belanda untuk mengontrol kaum ningrat guna menjadi pemimpin di antara rakyat. Menjelang akhir abad, Islam diakui sebagai agama resmi masyarakat Sunda. Kepercayaan-kepercayaan yang kuat terhadap banyak jenis roh dianggap sebagai bagian dari Islam. Kekristenan, yang datang ke tanah Sunda pada pertengahan abad memberikan dampak yang sedikit saja kepada orang-orang di luar kantong Kristen Sunda yang kecil.

Reformasi abad ke-20

Sejarah Sunda di abad ke-20 dimulai dengan reformasi di banyak bidang. Pemerintah Belanda mengadakan Kebijakan Etis pada tahun 1901 karena dipengaruhi oleh kritik yang tajam di berbagai bidang. Reformasi ini terutama terjadi dalam bidang ekonomi, meliputi perkembangan bidang pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Rakyat merasa diasingkan dengan tradisi ningrat mereka sendiri dan Islam menjadi jurubicara mereka menentang ekspansi imperialistik besar yang sedang berlangsung di dunia melalui serangan ekonomi negara-negara Eropa. Islam merupakan salah satu agama utama yang mencoba menyesuaikan diri dengan dunia modern. Gerakan reformator yang dimulai di Kairo pada tahun 1912 diekspor ke mana-mana. Gerakan ini menciptakan dua kelompok utama di Indonesia. Kelompok tersebut adalah Sarekat Islam yang diciptakan untuk sektor perdagangan dan bersifat nasionalis. Kelompok yang lain adalah Muhammadiyah yang tidak bersifat politik, namun berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyat akan pendidikan, kesehatan, dan keluarga.

Tidak ada karakteristik sejarah Sunda

Yang menonjol dalam sejarah orang Sunda adalah hubungan mereka dengan kelompok-kelompok lain. Orang Sunda hanya memiliki sedikit karakteristik dalam sejarah mereka sendiri. Ayip Rosidi menguraikan lima rintangan yang menjadi alasan sulitnya mendefinisikan karakter orang Sunda. Di antaranya, ia memberikan contoh orang Jawa sebagai satu kelompok orang yang memiliki identitas jelas, bertolak belakang dengan orang-orang Sunda yang kurang dalam hal ini.
Secara historis, orang Sunda tidak memainkan suatu peranan penting dalam urusan-urusan nasional. Beberapa peristiwa yang sangat penting telah terjadi di Jawa Barat, namun biasanya peristiwa-peristiwa tersebut bukanlah kejadian yang memiliki karakteristik Sunda. Hanya sedikit orang Sunda yang menjadi pemimpin, baik dalam hal konsepsi maupun implementasi dalam aktivitas-aktivitas nasional. Memang banyak orang Sunda yang dilibatkan dalam berbagai peristiwa pada abad ke-20, namun secara statistik dikatakan mereka tidak begitu berperan. Pada abad ini, sejarah orang Sunda pada hakekatnya merupakan sejarah orang Jawa.

Orientasi keagamaan abad ke-20

Agama di antara orang Sunda adalah seperti bentuk-bentuk kultural mereka yang lain yang pada umumnya, mencerminkan agama orang Jawa. Perbedaan yang penting adalah kelekatan yang lebih kuat kepada Islam dibanding dengan apa yang dapat ditemukan di antara orang Jawa. Walaupun kelekatan ini tidak sebesar suku Madura atau Bugis, namun cukup penting untuk mendapat perhatian khusus bila kita melihat sejarah orang Sunda.
Salah satu aspek yang sangat penting dalam agama-agama orang Sunda adalah dominasi kepercayaan-kepercayaan pra-Islam. Kepecayaan itu merupakan fokus utama dari mitos dan ritual dalam upacara-upacara dalam lingkaran kehidupan orang Sunda. Upacara-upacara tali paranti (tradisi-tradisi dan hukum adat) selalu diorientasikan terutama di seputar penyembahan kepada Dewi Sri (Nyi Pohaci Sanghiang Sri). Kekuatan roh yang penting juga adalah Nyi Roro Kidul, tetapi tidak sebesar Dewi Sri; ia adalah ratu Laut Selatan sekaligus pelindung semua nelayan. Di sepanjang pantai selatan Jawa, rakyat takut dan selalu memenuhi tuntutan dewi ini hingga sekarang. Contoh lain adalah Siliwangi. Siliwangi adalah kuasa roh yang merupakan kekuatan dalam kehidupan orang Sunda. Ia mewakili kuasa teritorial lain dalam struktur kosmologis orang Sunda.

Mantera-mantera magis

Dalam penyembahan kepada ilah-ilah, sistem mantera magis juga memainkan peran utama berkaitan dengan kekuatan-kekuatan roh. Salah satu sistem tersebut adalah Ngaruat Batara Kala yang dirancang untuk memperoleh kemurahan dari dewa Batara Kala dalam ribuan situasi pribadi. Rakyat juga memanggil roh-roh yang tidak terhitung banyaknya termasuk arwah orang yang telah meninggal dan juga menempatkan roh-roh (jurig) yang berbeda jenisnya. Banyak kuburan, pepohonan, gunung-gunung dan tempat-tempat serupa lainnya dianggap keramat oleh rakyat. Di tempat-tempat ini, seseorang dapat memperoleh kekuatan-kekuatan supranatural untuk memulihkan kesehatan, menambah kekayaan, atau meningkatkan kehidupan seseorang dalam berbagai cara.

Dukun-dukun

Untuk membantu rakyat dalam kebutuhan spiritual mereka, ada pelaksana-pelaksana ilmu magis yang disebut dukun. Dukun-dukun ini aktif dalam menyembuhkan atau dalam praktik-praktik mistik seperti numerologi. Mereka mengadakan kontak dengan kekuatan-kekuatan supranatural yang melakukan perintah para dukun ini. Beberapa dukun ini akan melakukan ilmu hitam tetapi kebanyakan adalah jika dianggap sangat bermanfaat oleh orang Sunda. Sejak lahir hingga mati hanya sedikit keputusan penting yang dibuat tanpa meminta pertolongan dukun. Kebanyakan orang mengenakan jimat-jimat di tubuh mereka serta meletakkannya pada tempat-tempat yang menguntungkan dalam harta milik mereka. Beberapa orang bahkan melakukan mantera atau jampi-jampi sendiri tanpa dukun. Kebanyakan aktivitas ini terjadi di luar wilayah Islam dan merupakan oposisi terhadap Islam, tetapi orang-orang ini tetap dianggap sebagai Muslim.
Memahami orang Sunda pada zaman ini merupakan tantangan yang besar bagi sejarawan, antropolog, dan sarjana-sarjana agama. Bahkan sarjana-sarjana Sunda yang terkemuka segan untuk mencoba melukiskan karakter dan kontribusi rakyat Sunda. Agaknya, melalui berbagai cara masyarakat Sunda telah terserap ke dalam budaya Indonesia sejak 50 tahun yang lalu.

Lihat pula

Referensi dan bacaan lebih lanjut

  • Roger L. Dixon, Veritas 1/2 (Oktober 2000), h. 203-213 (pdf)
  • Cosmology and Social Behavior in a West Java Settlement (Ohio University Center for International Studies, 1978) 16.
  • Edi S. Ekadjati, Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya (Jakarta: Girimukti Pasaka, 1984) 93.
  • Indonesia di Tengah-tengah Dunia dari Abad ke Abad Vol. 2 (1978) 177-178.
  • Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.
  • Saleh Danasasmita, Sajarah Bogor, Tahun 2000
  • Ayatrohaedi: Sundakala, Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon. Pustaka Jaya, 2005.
  • Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
  • Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
  • Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung..

R

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"

R
* Arti dalam bahasa sunda
Raweuy beuweungeun rambay alaeun
--Loba dahareun da loba pepelakan.
Rumbak caringin di buruan
--dina hiji kasusah atawa karerepet geus boga teu boga kolot anu mepelingan ka urang.
Rumbak kuntieun
--Henteu lengkep, aya bae anu kurang nu matak cua kana hate.
Rup ku padung rap ku lemah, katuruban ku taneuh beureum
-- Maot. Sasarina ngeunaan kanyeri anu satungtung hirup moal poho sanajan nepi ka maot.
Rusuh luput gancang pincang
--  Migawe naon bae anu rurusuhan, temahna matak kaduhung sabab hasilna teu matak nyugemakeun.

W

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"
W
* Arti dalam bahasa sunda
Waspada permana tingal
-- Bisa nyaho kana naon naon anu bakal kajadian.
Wiwirang di kolong catang nya gede nya panjang
-- wiwirang nau pohara gedena.

U

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"


* Arti dalam bahasa indonesia

Uyah mah tara tees ka luhur

--Sifat baik maupun jelek orang tua akan menurun kepada anaknya
* Arti dalam bahasa sunda
Ulah beunghar memeh boga
-- ulah adigung nyeta nyeta anu beunghar, turtaning henteu atawa tacan boga pakaya.
Ulah cara ka kembang malati kudu cara ka picung
--Ulah sok bosenan ari ka pamajikan teh, hadena mah ti keur ngora keneh nepi ka geus kolot teh, lain beuki lila beuki bosen tapi kudu beuki lila beuki welas asih.
Ulah cara ka malati kudu cara ka picung
-- Ulah ngurangan kanyaah kudu beuki lila beuki nyaah.
Ulah kabawa ku sakaba-kaba
-- ulah kabawa ku nu teu puguh, maksudna kabawa jurig, dedemit.
Ulah muragkeun duwegan ti luhur
--  masing nyaah kana rejeki meunang hese cape ladang kesang, pacuan arek dimonyah monyah.
Ulah pangkat memeh jeneng
--  Ulah adigung adiguna hayang nyaruaan ka nu geus jeneng.
Ulah tiis tiis jahe
-- kudu iatna, kudu cingceung.
Ulah unggut kalinduan ulah gedag kaanginan
--Ulah kagoda, ulah kaganggu atawa kabengbat ku rypa rupa, lamun urang keur nyanghareupan hiji maksud anu hade.
Uncal tara ridu ku tanduk
-- Duduluran karumpul kabeh.
Uyah tara tees kaluhur
--Galibna sipat indung bapa anu harade atawa anu goreng sok diturunkeun ka anak incuna.

T

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"
T
* Arti dalam bahasa sunda
Tamiang meulit ka bitis
-- Malindes ka diri sorangan.
Tamplok batokeun
-- Berehan teuing nepi ka urang mah susah.
Taya halodo panyadapan
-- taya eureuna digelendeng atawa di dicarekan (Terus bae digelendeng atawa dicarekan).
Teng anak teng, anak merak kukuncungan
--  sipat-sipat nu aya di anak, babakuna nu hadena, sasarina loba anu diturunkeun ku kolotna.
Teu aya sarebuk samerang nyamu
--Teu aya saeutik eutik acan.
Teu beunang dikoet kunu keked
--Teuing ku koret, tara pisan tutulung ka nu butuh tatalang ka nu susah.
Teu boga pikir rangkepan
--  Teu boga curiga saeutik eutik acan.
Teu busik bulu salambar
--teu regrog regrog, malah unggul dina juritna.
Teu cari ka Batawi tapi ka salaki
--hakan pake hayang ti salaki.
Teu diambeuan
--  teu dipikarisi, teu dipikagimir, teu dihargaan/diajenan.
Teu didingding kelir
--teu dibuni buni, ditembrakeun bae, teu dirasiahkeun.
Teu dipiceun sasieur
-- Sarua pisan teu aya bedana saeutik eutik acan.
Teu ditari teu ditakon
-- Teu dipalire diantep bae, teu ditanya tanya acan.
Teu gugur teu angina
-- Samemeh kajadian naon naon, teu aya pisan beja, lantaran atawa ciciren.
Teu jauh ti tihang juru teu anggang ti tihang tengah
-- Nya goreng rupana nya goreng kalakuanana sok daek pulang paling.
Teu mais teu meuleum
--teu aya patalina pisan, teu pipilueun.
Teu ngalarung nu burung, teu nyesakeun nu edan
-- ngalajur napsu ka awewe, ka anu halal jeung anu haram oge disaruakeun bae.
Teu nginjeum ceuli teu nginjeum mata
--Ngadenge jeung nenjo sorangan lain cenah jeung baruk.
Teu nyaho di alip bingkeng
--bodo teu bisa maca-maca acan, da teu sakola.
Teu puguh alang ujurna
-- teu puguh entep seureuhna, teu beres lain kitu kuduna.
Teu wawuh wuwuh pajauh, teu loma tambah paanggang
-- Sing wawuh tur sing loma sabab balukarna alus pisan.
Teui hir teu walahir, teu kakak, teu caladi teu aro aro acan
--Teu baraya, teu kaka, teu adi teu alo alo acan. Deungeun deungeun tulen.
Ti luhur sausap rambut ti handap sahibas dampal
--Menta dihampura tina rumasa geus salah atawa boga dosa.
Ti peuting kapalingan ti beurang kasayaban
-- Sababaraha kali karurugian atawa karoroncodan.
Tiis ceuli herang mata
-- ngeunah hate kulantaran ngeunah deudeuleuan jeung dedengean.
Tikoro andon peso
-- ngadeukeutan jelema nu bakal ngahukum atawa nganyenyeri ka diri urang.
Tinggar kalongeun
-- Teu sieun atawa teu nurut kulantaran remen teuing digelendeng atawa dicarekan.
Tipu keling ragaji Inggris
-- pinter dina kajahatan, pinter dina ngbobodo atawa nipu.
Titip diri sangsang badan
--Mihapekeun maneh.
Titirah ngadon kanceuh
--sejana nyiar kasenangan, tapi jadina pinanggih jeung kasusah nu leuwih gede.
Totopong heureut dibeber beber, tangtu soeh
-- nyukupan ku pangala nu sakitu saeutikna, tangtu bae matak jadi susah, lamun rejeki atawa pangala saeutik, ari keperluan jeung pangaluaran anu sakitu lobana.
Tugur tundang cuntang gantang
-- Ngajalankeun pagawean pikeun Nagara, babakti ka nagara.
Tunggul dirarud catang dirumpak
--Euweuh anu dipikaserab, terus bae ngalajur napsu.
Tunggul sirungan, catang supaan
--Aya kajadian anu goreng atawa matak teu genah ahirna.
Tungkul ka jukut tanggah ka sadapan
-- junun nyanghareupan pagawean anu dipilampah, teu kaganggu ku naon naon.

S

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"

S
* Arti dalam bahasa sunda
Sabobot sapihanean
-- Sauyunan, sapapait samamanis sabagja sacilaka.
Sabuni buni anu ngising
-- sanajan dibunian atawa disumputkeun oge ari laku lampah anu goreng mah awal akhir sok kudu kanyahoan bae.
Sagalak galakna macan taru nyatu anakna
-- sanajan pohara bengisna nu jadi indung-bapa, umuna tara tega ka anu jadi anak.
Sagolek pangkek sacangreud pageuh
--Hanteu cidra kana jangji.
Saherang herangna cai beas
--Galibna hate teh hese pisan beresihna ka jelema anu geus bukti tas nganyernyeri ka urang.
Saherang herangna cibeas, moal herang cara cisumur
-- Sasarina lamun geus aya pacengkadan sok tara hade deui cara bareto samemeh aya pacengkadan.
Sakecap kadua gobang
--Gampang ngambek jeung gampang ngadek deuih.
Sakiriciking duit sakocopoking bogo
-- Naon bae anu matak narik kana hate urang.
Saluhur luhur punduk tara ngaliwatan hulu
-- Sapinter pinterna murid pangartina moal ngaluhuran guru.
Sangsara di geusan betah
-- Teuing ku miskin, teu boga naon naon pisan kulantaran geus embung digawe nyiar kipayah. Anehna the ari hirup mah hayang keneh.
Sapu nyere pegat simpay
--Paturay papisahan.
Sareundeuk saigel sabobot sapihanean sabata sarimbangan
--  Sauyunan, layeut, tara aya pacengkadan.
Satengah buah leunca
-- Teu jejeg ingetan, langlang lingling, kurang saeundan.
Saumur nyunyuhun hulu
--Saumur hirup rumingkang di bumi alam.
Saungkab peundeuy
-- Omongan anu pondok tur kurang manis.
Sengserang padung
-- Ngeunaan awewe atawa lalaki anu boga keneh napsuna cara baheula keur ngora keneh, sasarina aya di jelema nu geus kolot, nu tereh paeh.
Sentak badakeun
-- teu ceehan dina gawe, mimiti pohara getolna, tapi beuki lila beuki ngedul nu tungtungna teh diantep teu dipigawe pisan.
Sereg di panto logor di liang jarum
--nyingkahan hirup kumbuh jelema loba, sabab loba dosa, loba kasieun jeung kaera, betahna dinu suni nu teu aya jelema.
Sereg dibuana logor diliang jarum
-- Kulantaran loba kasalahan atawa dosa, embung cicing di nu rame, sabab sieun, karesepna the di nu suni, nu euweuh jelema.
Seukeut ambeu seukeut deuleu
--loba mata-matana jeung pinter nyusud perkara (keur pagawean pulisi).
Seukeut tambang manan gobang
-- Sakumaha gagahna wanina jeung ngalawana oge jalma jahat mah awal ahir tangtu katangkep pulisi.
Seuneu hurung cai caah
-- Keur ambek, keur amarah, keur napsu.
Seuneu hurung dipancaran
--Nu keur napsu, heug ditambahan pisan pikakeuheuleun, tangtu bae ngambekna jadi tambah.
Seuseut batan neureuy keueus
-- Hese pisan.
Sibanyo laleur
--Ledis pisan, teu nyesa saeutik eutik acan.
Sirung ngaliwatan tunggul
--Darajat atawa milik anak ngaliwatan bapa.
Sosoroh ngadon kojor
--Kikiriman ku lantaran aya pangarahan tapi boro boro meunang kauntungan, kalahka meunang wiwirang jeung karugian.

P

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"
P
* Arti dalam bahasa sunda
Paanteur-anteur julang
--silih anteur nepi ka aya dua tilu kalina.
Pacikrak ngalawan merak
-- Tangtu elehna sabab nu leutik ngalawan anu gede.
Pada rubak sisi samping
-- Sarua bae pada loba luangna, pada loba pangalamanana.
Pagirang girang tampian
-- Paunggul unggul dina neangan pangupa jira (Paunggul unggul nyiar rejeki, teu daek silih seblokan).
Paheuyeuk heuyeuk leungeun
--Silih bantuan, silih belaan, silih tulungan.
Pait daging pahang tulang
--Arang gering.
Pait daging pahang tulang
--cageur teu keuna ku panyakit naon bae.
Pakotrek iteuk
--  Laki rabi ti ngongora napi kakolot pisan, pada pada geus jadi aki-aki nini-nini.
Paluhur luhur diuk
-- pagede gede kauntungan dina nyiar kipayah.
Panday tara bogaeun bedog
-- Sasarina ari tukang mah sok tara bogaeun.
Papadon los ka kolong
--Cidra jangji, teu nedunan jangjina.
Peureum kadeuleu beunta karasa
-- Inget bae, teu bisa poho. Biasana mah lain kana barang tapi ka jelema anu dipikancinta.
Piit ngeundeuk ngeundeuk pasir
-- mikarep kaanu lain babadna, tangtu moal kasorang.
Pindah cai pindah tampian
--Robahna tempat matuh robah adat jeung kabiasaan.
Pinter aling laing bodo
-- Pinter tapi embung kanyahoan ku batur, kusabab eta nyeta nyeta anu bodo.
Pipilih meunang nu leuwih koceplak meunang nu pecak
--  Milih kalawan ati ati pisan ku lantaran hayang meunang nu leuwih hade, ngan ahirna meunang nu leuwih goreng.
Piruruhan katengahimahkeun
-- Nu dusun didikan dibawa kana pasamoan.
Pupulur memeh mantun
--  Menta ganjaran memeh aya jasa atawa menta buruhan memeh prak digawe.
Pur kuntul kari tunggul, lar gagak kari tunggak, tunggak kacuwatan daging
-- Dina cidrana anu diborehan, boreh anu katempuhan, kudu mayaran hutang anu dipangnanggungkeun.
Puraga tamba kadengda
--  Migawe hiji pagawean henteu jeung enya enya. Henteu ngandung maksud supaya hade hasilna ieu mah pada ulah dipaido bae.

O

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"

O
* Arti dalam bahasa sunda
Omong harus batan goong
--Beja the gancang naker nerekabna, malah sasarina mah beja anu nerekab teh leuwih hebat batan aslina.
Owah gingsir
--Hanteu tetep, henteu ajeg, gunta ganti pamadegan.

N

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"
N
* Arti dalam bahasa indonesia

Nete Semplek nincak Semplak

--Apapun yang dilakukannya selalu salah.

Ngarawu ku Siku

--Menginginkan sesuatu yang diluar kemampuannya.
* Arti dalam bahasa sunda
Ngajul bulan ku asiwung, mesek kalapa ku jara
-- usaha anu mubadir, moal ngadatangkeun hasil (asiwung; kapas nu geus diberesihan sikina, biasana dipake keur mayit nutupan liang-liangan).
Ngadu angklung di pasar
-- papaduan nguruskeun nu euweuh mangpaatna di hareupeun jalma loba.
Ngadu ngadu rajawisuna
-- mawakeun omongan si a ka si b jeung sabalikna, temahna si a jeung si b pasea, parerea omong.
Naheun bubu pahareup hareup
-- dina pangabutuh silih injeuman duit.
Nangkeup mawa eunyeuh
--mawa cilaka ka jelema anu dipentaan tulung jeung geus nulungan ka urang.
Nangtung kariung ngadeg karageman
--Ngariung rarageman ngabadamikeun hiji perkara.
Nepak cai malar ceret
-- Ngomongkeun jeung ngagogoreng batur, supaya batur teh ragrag ngarana jeung kawentar kagorenganana.
Nepakeun jurig pateuh
-- Puguh urang nu goreng tapi kagorengan urang teh ditamplokeun ka batur sangkan urang sorangan salamet.
Nete porot ngeumbing lesot
-- Cukup ari ihtiar mah kalawan mangrupa rupa akal tarekah tapi teu hasil bae.
Nete semplek nincak semplak
-- Kieu salah kitu salah.
Nete semplek nincak semplak
-- Ninggang dina salah jeung rugi bae, turug turug kasusah nambahan deuih.
Nete taraje, nincak hambalan
-- Kudu merenah, lamun aya uruskeuneun teh urang kudu datang ka nu handap heula, kakara terus kaluhur.
Neukteuk curuk dina pingping
--  Ngadakwakeun nu lian, tapi nu ngadakwakeunana meula susah, sabab milu katarik kana perkara, milu adu hareupan jeung hakim.
Neukteuk mani anggeus, rokrok pondokeun peunggas harupateun
--Heuras hatena teu sabar dina nyanghareupan rupa rupa kasusahan jeung babari luluasan.
Neundeun piheuleut nunda picela
-- Neangan pilantaraneun supaya jadi goreng supaya temahna papisahan teu ngahiji deui.
Ngabudi ucing
-- teu wani nembongkeun atawa ngedalkeun kahayang atawa kadeudeuh.
Ngadagoan kuah beukah
-- Ngadagoan pasesaan kadaharan (Hal ieu ngan wungkul tukang babantu di imah batur bae, anu saenyana mah ayana tukang babantu teh henteu perlu).
Ngadagoan uncal mabal
--Ngadagoan jeung mikahayang kana rejeki tapi sungkan ihtiar pikeun ngadatangkeun eta rejeki.
Ngadaweung ngabangbang areuy
--pohara nineungna kana jaman nu geus kasorang nepi ka matak waas pacampur jeung sedih.
Ngadek sacekna, nilas saplasna
-- Ngomong/nyarita anu teu dileuwihan atawa dikurangan.
Ngadeupaan lincar
-- ngadeukeutan anu keur sidekah atawa kariaan, supaya katenjo ku anu boga imah jeung diajak dahar.
Ngagandong kejo susah nyatu
-- loba ari titaheun mah boh anak boh bujang ngan hanjakal ku hese nitah, euweuh nu daekeun ari dititah teh.
Ngagedag bari mulungan
-- Nanyakeun hiji perkara ka batur anu urang tacan nyaho, tapi embung kanyahoan yen urang tacan nyaho, kulantaran kitu api api geus nyaho bae.
Ngaliarkeun taleus ateul
--ngabeja bejakeun kagorengan atawa kajahatan batur.
Ngaliarkeun taleus ateul
-- Ngabeja bejakeun kagorengan batur atawa kajahatan anu lian.
Ngarep ngarep bentang ragrag
--Ngarep-ngarep nu pamohalan bakal kasorang atawa kajadian.
Ngarep ngarep kalangkang heulang Ngarep ngarep hiji perkara anu kacida banggana jeung sudah pihasileunana.
Ngawur kasintu, nyieuhkeun hayam
--ngaraeh jeung darehdeh ka deungeun, sabab hayang kapuji, tapi teu nolih jeung nyapirakeun ka dulur atawa ka baraya sorangan.
Ngeplek jawer, ngandar jangjang, miyuni hayam kabiri
--Leutik burih, borangan, sieunan, kecing.
Ngeupeul ngahuapan maneh
-- Lungas lengis mikawelas mikaasih ka diri sorangan, supaya batur welaseun jeung nulungan ka urang.
Nginjing sila, bengkok sembah
-- goreng hate, teu satia ka anu jadi pamingpin atawa dunungan.
Ngodok liang buntu hese cape taya gawe, susah payah taya guna
-- sanajan tihothat oge moal atawa henteu beubeunangan.
Ngodok liang jero
--  Teu hasil enggoning nyiar rejeki, kaditu kadieu luput bae.
Ngukur ka kujur nimbang ka awak Ngaluarkeun duit pikeun kaperluan hirup, pakan, pake jste disaluyukeun jeung pangala.
Ngukut kuda kuru ari geus gede sok nyepak
--Ngukut bujang anu tadina pohara balangsakna, susak dahar susah make, tapi ari geus mulya awak lintuh jeung pake hade, ngalawan ka anu jadi dunungan.
Ngusap birit
-- bari indit kulantaran ambek nyedek atawa era paraa, leos bae indit, teu amit heula ka anu araya didinya.
Nimu luang tinu burang
--Nambahan luang atawa pangarti waktu keur pinanggih jeung kacilakaan atawa hukuman.
Nincak parahu dua
--Ngadunungan ka duaan atawa boga dua pausahaan.
Ninggang kana kekecrekna
--  Keur mah goreng rupana, goreng laku lampahna deuih.
Nini nini dikeningan, awewe randa dihiasan
-- Ngamahalkeun barang naon bae anu geus ruksak.
Noong ka kolong
-- Leutik hate, leutik pangharepan.
Nu asih dipulang sengit, nu haat dipulang moha
-- nu hade jeung loba jasana ka diri urang, dinyenyeri ku urang, ku omongan atawa ku kalakuan anu goreng.
Nu borok dirorojok = nu titeuleum disimbeuhan
-- nu keur susah ditambah kasusahanana, nu keur nyeri ditambah kanyerina.
Nu borok dirorojok, nu titeuleum disimbeuhan
--Nu keur susah ditambah deui kasusahna.
Nu burung diangklungan, nu edan dikendangan
-- ngahaminan omongan atawa carita batur, sanajan ceuk hate sorangan eta omongan atawa carita teh salah.
Nu tani kari daki, nu dagang kari hutang
-- Nu tani jeung nu dagang sarua ripuhna, euweuh nu mulya.
Nuju hirup ninggang wirahma
-- Ngeunaan ka jelema anu keur alus milik.
Nulungan anjing kadempet
-- nulungan jelema nu teu boga pisan rasa tumarima.
Nya di hurang nya dikeuyeup
-- Di unggal jelema oge taya bedana, sarua bae, mungguhing wiwirang atawa katugenah hate mah boh di menak boh disomah sarua bae.
Nya ngagogog nya mantog
-- Nya nitah ka batur nya prak kumanehna.
Nya picung nya hulu maung
--Nu nanya jeung nu ngajawab teu sapagodos, pananya jeung jawaban pasalia, henteu nyambung.
Nyaeuran gunung ku taneuh, sagara ku uyah
-- nambahan kauntungan atawa kakayaan ka anu geus beunghar.
Nyair hurang meunang kancra
--Sugan the rek meunang kauntungan, kamuliaan atawa bagja anu leutik manahoreng meunang kauntungan atawa bagja anu gede.
Nyaliksik ka buuk leutik
-- Nyusahkeun, peperedih atawa pepentaan ka jelema anu sahandapeun darajatna jeung pangabogana.
Nyalindung ka gelung
--Milu hirup ka pamajikan anu loba pakayana.
Nyanggakeun suku genteng belokeun, beuheung teukteukeun, disiksik dikunyit kunyit, dicacag diwalang walang
-- Sumerah, masrahkeun diri rek dibeureum rek dihideung kari kumaha didinya bae, dina rumasa geus salah atawa rumasa boga dosa.
Nyanghulu ka jarian
--Ngawula ka jelema anu sahandapeun harkatna atawa pangartina.
Nyeri beuheung sosonggeteun
--Pohara ngarep ngarepna, tapi anu diarep arep teu jol bae datang.
Nyeungeut damar di suhunan
--mintonkeun kakayaan, atawa barangbere supaya dipuji.
Nyeungseurikeun upih ragrag
-- Akey akeyan nyeungseurikeun batur, dumeh buuk geus bodas huntu geus ompong, tonggong geus bengkung turtaning ieu the kahareup mah ku urang sarerea bakal kasorang.
Nyiar batuk piaraheun
--Nyiar pigujrudeun, pipaseaeun.
Nyicikeun cai, murulukeun lebu
--turun cadu (cacaduan), pantang ngalampahkeun hiji perkara anu dilarang ku luluhur.
Nyieun catur taya dapur
-- nganggit hiji dongeng nu teu aya galurna.
Nyieun heuleur jeroeun huma
--Henteu raket jeung dulur pahare-hare bae.
Nyieun pucuk ti girang
-- pangheulana neangan piaseaeun.
Nyiruan mah teu resepeun nyeuseup nu pait
-- Lumrahna manusa teu resep reureujeungan jeung nu teu boga.
Nyiuk cai ku ayakan
-- Pagawean nu mubadir, moal ngahasilkeun naon naon.
Nyium bari ngegel
-- Omongannana hade ngan hate jeung maksudna goreng . Salakina dipisobat ari pamjikanana dibogohan atawa sabalikna.
Nyokot lesot ngeumbing porot
--Teu aya usaha anu ngahasilkeun.
Nyolok mata buncelik
-- nganyenyeri, ngahina atawa ngawiwirang di hareupeunana.
Nyuhun nanggung ngelek ngegel
-- Rebo pisan, babawaanana loba naker.
Nyuhunkeun bobot pangayon timbang taraju
-- Menta pangampura jeung menta timbangan da geus puguh rumasa ari salah jeung dosa mah.
Nyukcruk walungan mapay mapay wahangan
-- Kalawan taliti pisan nalungtik luluhur, imeut pisan pancakakina.

M

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"

M
* Arti dalam bahasa indonesia
Maung ngamuk gajah meta
-- Ada kerusuhan atau kekacauan

Mata duiteun

--Orang yang hanya memikirkan harta benda tanpa memikirkan sesama

Mihapekeun beuteung

--Orang yang memanfaatkan situasi untuk kepentingan pribadi terhadap orang lain
* Arti dalam bahasa sunda
Malengpeng pakel ku munding, ngajul bulan ku asiwung
-- Ngajalankeun (mikarep) hiji perkara anu taya pihasileunana.
Maliding sanak
-- Henteu adil, pilih kasih.
Mangpengkeun kuya ka leuwi
--  Nitah mulang ka lemburna, atawa nitah pindah ka tempat bali geusan ngajadi.
Mapay ka puhu leungeun
-- Mamawa ka kolot atawa ka guru, turtaning kolot atawa guru mah teu nyaho naon naon jeung euweuh patalina saeutik eutik acan.
Marebutkeun paisan kosong
--Marebutkeun hiji perkara anu teu aya hasilna atawa mangpaatna.
Maut nyere ka congona
--  Keur ngora senang, tapi ari ka kolotnakeun susah.
Melengkung bekas inhalan
--Ari keur ngora keneh bageur tapi kakolotnakeun jadi teu bageur.
Mere langgir kalieun
-- Mere naon naon anu bisa jadi aya pisusaheunana atawa pibahlaeunana.
Meuli teri meunang japuh = nyair hurang meunang kancra
-- kalawan teu disangka sangka meunang milik, darajat atawa kauntungan anu leuwih gede.
Meungpeun carang ku ayakan
-- Nyaho yen batur teh salah atawa migawe anu dilarang ku Nagara, tapi teu kitu kieu kalahka api api teu nyaho.
Meungpeung teugeu harianeun
--  Embung pisan tutulung ka batur nu keur susah atawa loba kabutuh.
Miceun batok meunang coet
-- Miceun nu goreng kulantaran hayang meunang anu alus, tapi tungtungna meunang nu goreng deui bae.
Mindingan beungeut ku saweuy
--  ari hate goreng, ngan budi parangi marahmay, perluna pikeun mindingan hate nu goreng tea maksudna supaya ulah kaciri tea.
Mipit teu amit ngala teu menta
--Maling boga batur.
Miyuni hayam kabiri
-- Leutik burih babari sumerah eleh atawa lalaki nu babari sumerah ka awewe.
Moal ceurik menta eusi
-- Keun bae mawa wadah anu gede oge da lain hayang loba diberena.
Moal neangan jurig teu kadeuleu
-- arek nyekel jelema nu aya bae, moal neangan jelema nu euweuh.
Mobok manggih gorowong
-- Aya lantaran pikeun ngalaksanakeun kahayang anu henteu gampang pihasileun.
Mobok manggih gorowong
-- meunang jalan pikeun ngalaksanakeun kahayang.
Monyet kapalingan jagong
--  Tukang maling kapalingan, tukang tipu katipu, tukang ngarah nagrinah karoroncodan.
Mopo memeh nanggung
-- Hoream, teu sanggup samemeh prak.
Mun teu ngakal moal ngakeul
-- mun teu usaha moal pinanggih jeung rejeki pibekeleun hirup.
Mun teu ngoprek, moal nyapek. Mun teu ngakal moal ngakeul. Mun teu ngarah moal ngarih
--  Lamun teu digawe niar kipayah tangtu pisusaheun pikeun hirup.
Muncang labuh ka puhu, kebo mulih pakandangan
--Mulang ka lemburna sabada mang taun taun aya di pangumbaraan/panyabaan.
Mupugkeun tai kanjut
-- Ngetrukeun pangaboga dina waktuna nyunatan atawa ngawinkeun anak anu kacida dipikameumeutna.

L

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"
L
* Arti dalam bahasa sunda
Lain ku tulang munding kabeureuyan mah, ku cucuk peda
-- arek cilaka mah ku kasalahan anu leutik oge bisa, teu kudu ku kasalahan anu gede bae.
Lain lantung tambuh laku, lain lentang tanpa beja lain leumpang maladra
-- Indit ti imah kalawan ngandung maksud anu tangtu, lain lapmah sakaparan paran henteu puguh anu dijugjug.
Landung kandungan laer aisan
--
Gede timbanganana, gede pa--ngampurana.
Langsung saur bahe carek
-- Sok gampang ngagelendeng atawa nyarekan.
Lauk buruk milu mijah = piritan milu endogan
--pipilueun kana hiji kalakuan ku lantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
Legok tapak genteng kadek
-- Loba luangna pangalamanana jeung kanyahona.
Leubeut buah hejo daun
-- Keur meujeuhna loba rejeki, loba pakaya.
Leuleus jeujeur liat tali
-- pohara adilna, dina mutus hiji perkara tara beurat sabeulah, jeung loba pertimbanganana.
Leunggeuh cau beuleum
-- Teu lutreuk dina ngajalankeun hiji pagawean.
Leutik burih
--  euweuh kawani.
Leutik cahak, gede cohok
-- Ari panghasilan saeutik tapi ari pangaluaran mah gede.
Leutik leutik ngagalatik
--  Sanajan leutik awakna henteu jangkung tur gede, tapi leber ku wawanen.
Leutik ringkang gede bugang
--  Jelema mah teu beunang disapirakeun sabab sanajan leutik warugana, dina aya papaitna atawa bobor karahayuan mah bisa jadi kasusah sarerea.
Leuwi jero beunang diteuleuman, hate jelema najan deet teu kakobet
--Hade gorengna pikiran jelema hese dikira kirana.
Lieuk euweuh ragap taya
--  Teuing ku miskin nepi ka teu boga naon naon.
Loba teuing jaksa
--loba teuing anu pinter nu ngatur jeung mapatahan, balukarna matak bingung nu dipapatahan.
Lodong kosong ngelentrung
-- Kalah ka loba omong bae, ari pangartina mah euweuh.
Luhur kuta gede dunya
-- Gagah tur beunghar taya kakurang.
Luncat mulang
-- Teu beunang dicekelan omonganana, ayeuna kieu engke mah kitu.
Lungguh tutut
-- Katenjona siga lungguh tapi saenyana mah henteu.

K

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"

* Arti dalam bahasaIndonesia
Kakoncara kamana-mana, ka jamparing angin-angin
-- Sudah sangat terkenal
Kagunturan madu, kaurugan menyan putih
-- Bahagia sekali


Katarik ati kagendang asmara
-- Jatuh cinta
Ka cai jadi saleuwi, ka darat jadi salebak
-- Selalu bersama

Kurung Batokeun
--Orang yang tidak pernah bergaul dengan orang lain.

Kumeok memeh dipacok  

--Sikap penakut, tidak berani mengambil resiko; atau yang sudah merasa 'kalah sebelum bertempur'.

* Arti dalam bahasa sunda
Ka luhur teu sirungan kahandap teu akaran
--  Jelema nu jahat, julig jeung dengki mah moal jamuga, moal aya kamajuan boh ngeunaan pangkat, boh rejeki.
Kaceluk ka awun-awun kawentar ka janapria, kakoncara ka mancanagara
--Kawentar pisan, kawentar kamana mana.
Kaciwit kulit kabawa daging
--Kababawa, katarik kana hiji perkara, keukeuh milu susah, sanajan teu boga salah jeung henteu milu ulubiung perkarana.
Kahieuman bangkong
-- Ku ayana barang titipan di urang, urang teh nepi ka jiga beunghar katenjona ku batur mah padahal miskin teu boga nanaon.
Kai teu kalis ku angin
-- Unggal jelema awal ahir tangtu bakal pinanggih jeung kasusahan.
Kajeun pait tungtung amis manan amis tungtung pait
--Tibatan ahirna matak susah, leuwih hade dicaritakeun ti heula naon anu matak pisusaheunana.
Kajeun panas tonggong asal tiis beuteung
--Kajeun teuing cape gawe asal bisa dahar kalawan cukup.
Kalapa bijil ti cungap
-- Ngucah ngaceh rasiah sorangan anu matak cilaka.
Kandel kulit beungeut
--euweuh caerá.
Katempuhan buntut maung
--Batur anu salahna atawa anu boga dosana, tapi urang anu kudu nyanghareupan balukarna.
Katumbukan catur kadatangan carita
-- Loba anu embung sabab ngagedekeun jeung ngagugulukeun panyerewedan.
Kawas anjing kadempet lincar
--Mere parentah ka batur teu kalawan sabar, malah bari ambek ambekan sagala.
Kawas budak rodek hulu
-- Teu ngupama, teu ngajenan, teu ngahargaan pisan.
Kawas cucurut kaibunan
--Ngeunaan ka jelema anu matak sareukseuk panon.
Kawas hayam keur endogan
-- cilingcingcat bae, teu bisa cicing.
Kawas hayam panyambungan
--Tacan nyaho di kaler kidul, kawantu anyar keneh aya di eta tempat.
Kawas kacang ninggang kajang
--Ngomongna tarik tur gancang, biasana ngeunaan ka awewe nu keur ngambek bari nyarekan.
Kawas kuda leupas ti gedogan
-- Bingung ku kamerdekaan, terus sakama-kama nganteur kahayang, ngalajur napsu, kulantaran euweuh anu ngageuing atawa euweuh nu nyengker.
Kawas lauk asup kana bubu
-- Gampang asupna kana pagawean tapi pohara hesena hayang kaluar ninggalkeun eta pagawean.
Kawas lauk asup kana bubu
-- gampang meunangna jeung asup kana hiji pagawean, tapi hese kaluarna jeung negcagkeunana eta pagawean (masalah).
Kawas nu mulangkeun panyiraman
-- Sok nu lain lain, jeung hese ngayakeunana nu dipikayang ku jelema nu tereh ajal, kahayangna sabisabisa kudu dicumponan bae, sanajan matak ngarepotkeun ka ahlina/ kulawargana.
Kawas siraru jadi
-- Pabaliut ku tina lobana, ngeunaan ka jelema.
Kawas wayang pangsisina
-- Ngeunaan jelema nu goreng rupana.
Kejo asak angeun datang
-- Sapagodos jeung maksud urang, atuh teu talangke deui harita keneh dilaksanakeun.
Keur meujeuhna bilatung dulang
-- Laleutik keneh pisan keur meujeuhna bareuki dahar.
Keur meujeuhna hejo lembok rambay carita
-- Keur meujeuhna loba pakaya jeung loba rejeki.
Keur nuju bentang surem
--  keur sue,atawa tiis badan, lamun guna tani ku hama, lamun dagang terusterusan rugi bae.
Kiceupna sabedug sakali
-- Pohara lungguhna.
Kiruh ti girang kiruh ka hilir
-- Lamun anu di luhruna teu balageur jeung teu balener, tangtu nu dihandapna oge milu teu bener milu teu bageur.
Kokoro manggih mulud puasa manggih lebaran
-- Anu saumur -umur miskin tuluy dina hiji waktu pinanggih jeung kamulyaan atawa rejeki anu gede, sasarina sok kacemekanana nepi ka siga mangpang meungpeung.
Kokoro nyoso, malarat rosa, lebaran teu meuncit hayam
--Kacida miskina.
Kotok bongkok kumorolong, kacingcalang kumarantang = Lauk buruk milu mijah = Piritan milu endogan
-- Pipilueun kana hiji kalakuan kulantaran kabawakeun ku batur, henteu kalawan kahayang sorangan, nepi ka goreng katenjona.
Kudu bisa ngeureut neundeun
--Kudu bisa nyukupkeun rejeki atawa pangala anu saeutik.
Kudu boga pikir kadua leutik
-- Ulah sabongbrong teuing, kudu aya pikir rangkepan, kudu aya rasa curiga.
Kujang dua pangadekna
--Hiji pagawean anu ngandung dua rupa maksud.
Kulak canggeum bagja awak
-- Milik hade atawa goreng anu geus ditangtukeun ti ajalina keneh ku Gusti Nu Maha Suci.
Kumaha bule hideungna bae
-- Kumaha engke bae buktina, kumaha behna.
Kumaha kejebur caina geletuk batuna
-- kumaha jadina bae, henteu jadi pikiran.
Kunang kunang nerus bumi
-- Ramana geus teu jeneng deui, di putrana awal ahir aya nu jeneng cara ramana.
Kuru cileuh kentel peujit
-- Daek tirakat, ngadoakeun budak sangkan sangkan junun.
Kurung batok
-- teu resep nyanyabaan, ni’mat cicing diimah bae.

J

Keterangan:"--" =arti pribahasa tersebut
                  pribahasa berada di atas tanda "--"

* Arti dalam bahasa sunda
Jabung tumalapung sabda tumapalang
-- milu nyaritakeun hiji perkara sakapeung nempasan omongan batur, nyeta nyeta siga nu nyaho, padahal teu nyaho nanaon.
Jadi maung malang
--jadi panghalang, ngeunaan ka lalaki nu ngahalangan pijodoeun hiji awewe.
Jadi sabiwir hiji
--jadi carita jalma loba.
Jadi senen kalemekan
--mindeng dicaritakeun batur.
Jaman cacing dua saduit
--jaman baheula pisan.
Jati kasilih ku junti
-- pribumi kaeehkeun ku urang asing.
Jauh jauh panjang gagang
--hanas jauh jauh oge dijugjug, ngan hanjakal ku teu hasil.
Jauh ka bedug anggang ka dayeuh
--dusun, teu nyaho di tata-titi, tidak tanduk, suba sita, duduga jeung peryoga.
Jauh ka bedug
--dusun,bodo, euweuh kanyaho.
Jawadah tutung biritna, sacarana sacarana
--  unggal bangsa beda adat jeung kabiasaanana.
Jegjeg ceker
--cape kulantaran leumpang ka dieu ka dieu.
Jejer pasar
--lumrah bae, mun ka lalaki, kasep henteu, goreng henteu.
Jeung leweh mah mending waleh
--leuwih hade wakca balaka ngedalkeun kahayang ti batan ngandung kabingung teu wani pok nyarita.
Jogjog neureuy buah loa
--  mikarep ka anu lain babad.
Jogjog neureuy buah loa
-- Milampah anu moal pihasileun.